Sabtu, 04 April 2015

Don't Go

Judul:Don’t go
Main cast:
Akashi
Miku
Gendre: sad romantice
Length : oneshoot
-
-
-
Aku akan selalu ada untukmu jangan tinggalkan aku
-
-
-
Pagi hari yang di balut dengan gulungan awan hitam dengan hujan yang cukup besar membasahi area pemakaman

“kriing… kriing” suara alarm berbunyi cukup kencang, Akashi pun terbangun dengan matanya yang sangat sembab dan bengkak.

“kenapa kau pergi begitu cepat? Kenapa kau meninggalkan aku?” ujarnya dengan nada sedih dengan titihan air mata menatap foto Miku dan dirinya

Miku adalah cinta pertamanya, dan cinta sejatinya, Miku adalah gadis yang baik, Miku adalah orang selalu bersamanya.

“apakah kamu mengingat saat kita pertama kali berjumpa? Kau memakai baju putih? Memakai sepatu yang cantik sedang duduk di ayunan? Saat itulah aku mencintaimu” gumamnya sambil menitihkan air mata

*flashback*

“Akashi…” terdengar suara Miku dari lorong sekolah

“Miku?” gumamnya sambil mencari keberadaan miku

“Hayoo… mencari ku ya?” sentaknya sambil memegang tangan Akashi

“hmm… iya, bagaimana keadaanmu Miku? Apakah kamu sudah makan?” Tanya Akashi dengan tatapan lembutnya.

“lebih baik dari biasanya hehe, aku belum makan, ayo kita kekantin” ucap miku sambil menarik tangannya

Mereka pun bergegas kekantin dan memesan makanan, sesampainya makanan di meja makan, mereka pun memakan makanan masing-masing.

“Akashi.. apakah kamu mau bola udang ini?” Tanya miku kepada Akashi

“itu enak bukan? Kamu makan saja, bukannya kamu sangat menyukai bola udang?” Tanya Akashi heran

“iya sih… tapi aku ingin menyuapimu.” ujar Miku sambil merunduk.

“hmm… nah suapi aku bola udang itu” Ucapnya sambil melihat miku yang sedang merunduk.

“kau mau? Benarkah?” ucap miku menatap hangat Akashi yang sedang melihatnya.

“tentu” ujar Akashi, miku pun menyuapi Akashi dengan semangat

-oOo-

Sejak saat itu hubungan mereka sangat dekat, mereka selalu Nampak berdua, seperti layaknya romeo dan Juliet, mereka selalu bersama, namun akhir-akhir ini Miku yang penuh semangat dan ceria sedikit berubah.

“bzzz…bzzz” vibration Hp miku pun menyala, ia pun mengangkat panggilan di ponselnya.

“hallo, miku… berjalanlah ke jendela kamarmu dan lihatlah ke bawah” ucap Akashi dengan penuh semangat. Tak perlu pikir panjang miku pun bergegas kearah jendelanya, ketika ia melihat kebawah, ia melihat Akashi yang membawakannya bunga, coklat, dan sebuah boneka yang bertuliskan “I love you”

“wah… Akashi.” Ia pun bergegas membukakan pintu untuk Akashi, begitu bersemangatnya dia menjemput Akashi yang menunggunya di luar.

“Akashi, terimakasih” ucapnya sambil memeluk Akashi erat. Akashi terdiam melihat Miku yang memeluknya dengan erat, badannya kaku. Ia tak bisa berkata apa-apa lagi

“Miku, maukah kau ikut dengan ku?” Tanya Akashi seraya melihat mata Miku yang indah.

“Dengan senang hati.” Jawab Miku dengan senyum manis yang tergambar di wajahnya
Mereka pun pergi, mereka sangat menikmati perjalanan, mereka selalu berdua kemanapun, sesampainya di tepat tujuan Miku pun terkejut melihat kejutan yang di berikan oleh Akashi kepadanya.

“pantai?” gumam miku melihat betapa indahnya pantai yang sangat bersih, dengan pasir yang sangat putih.

“iya, apakah kau menyukainya? Maaf bila ini tak seberapa, aku hanya ingin melihat mu bersemangat  dan ceria seperti dahulu kala, aku tak ingin melihat kamu seperti itu lagi” ucap Akashi menatap mata Miku dengan penuh kelembutan.

“Akashi…” Miku pun menangis, tak tau mengapa ia menangis, Akashi pun langsung memeluk Miku yang sangat lemas, Akashi pun lekas bergegas untuk membawa Miku pulang untuk beristirahat.
Akashi sangat khawatir melihat kondisi Miku yang seketika pucat dan lemas, ia pun mempercepat laju kendaraannya agar Miku cepat ditangani.

“ibu, tolong bukakan pintu” ucapnya sambil menggendong Miku yang setengah sadar.

“bawalah Miku ke kamarnya dan baringkan” ujar ibu panik melihat keadaan miku.
Setelah miku dibaringkan di tempat tidurnya, ibu Miku pun langsung mendekati  Miku dan memberikan Miku obat yang berbau sangat aneh. Tak tau penyakit apa yang diderita, ibu pun bergegas mendekati Akashi yang sedang menunggu didepan pintu kamar miku

“mari ikut aku Akashi” ujar ibu Miku mengajak Akashi mengikutinya. Sesampainya di ruang tamu ibu Miku pun menceritakan semuanya yang tak Akashi ketahui tentang miku

“Akashi, miku… ia mengidap kangker otak, jika ia drop begitulah yang akan terjadi, maafkan saya tidak memberi tau Akashi sebelumnya, Miku tak mau kamu memikirkan tentang penyakitnya”
Hati Akashi sangat terguncang, badannya seketika lemas, ia menunduk tak ada kata-kata yang ingin keluar dari mulutnya, tak tau apa yang terjadi pada tubuhnya, jantungnya berdebuk dengan kencang.

-oOo-

Hari demi hari ia tak melihat Miku yang sangat di cintainya, ia sudah berminggu-minggu tak masuk kesekolah, hatinya sangat resah, tak tau harus apa. Ia ingin sekali kerumahnya, namun setiap kali Akashi pergi kerumah miku tak ada seorangpun yang ada di rumahny

“kring.. kring” suara ponsel Akashi, tersentak hatinya melihat miku yang menelponnya, ia pun segera mengangkat telepon dari miku.

“Miku.. Miku kamu di mana? Bagaimana dengan keadaan mu? Aku sangat merindukanmu, kamu baik-baik saja kan?” ucap Akashi sangat cemas dengan keadaan miku

“maaf, Akashi ini bukan Miku, ini aku kakak Miku, Miku telah meninggal dunia”

Tersentak hati Akashi, dunia serasa runtuh, mulutnya kaku, matanya memerah dah menitihkan air mata, jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya tak tau apa yang harus di ucapkan pria dengan paras tampan tersebut,

“ ini tidak mungkin, Tidak mungkin ini terjadi, siapapun jawab ini tidak benar” gumamnya sambil mengendarai kendaraanya

Namun ini semua kenyataan yang teramat pahit, ini semua benar terjadi, ia sangat mencintai dan menyayangi gadis itu, ia sangat merindukannya namun ia harus melepas kerinduannya melihat Miku terbujur kaku dipeti.

Kaki Akashi pun sangat lemas tak kuat untuk berdiri lagi, ia sangat terpukul, ia selalu memandangi foto Miku yang ada di altar, air matanya tak bisa berhenti,

“mengapa kau meninggalkan aku, mengapa kau pergi begitu cepat” ucapnya melihat Miku yang memucat dengan gaun yang cantik

Akashi tak melihat tanda-tanda Miku sakit atau semacamnya, tak tau apa yang terjadi, karena miku sangat ceria dan bersemangat, namun apa boleh buat, semuanya telah terjadi, dan tak tau kapan detak jantung tidak berdetak lagi.

*flashback end*

“seandainya ku tau, aku tak akan menyia-nyiakan sisa hariku bersamamu Miku, aku sangat mencintaimu” ucapnya sambil menitihkan air mata, satu tetes air mata pun mengalir di pipinya,

Akashi pun lekas menghapus airmatanya dan merelakan Miku pergi

“pergilah dengan tenang, aku akan mencintaimu, aku akan selalu mendoakan mu” Ujarnya, dengan hati yang sangat sakit, namun ia harus tetap ceria dan semangat seperti Miku
Saat pemakaman Miku selesai, yuki salah satu sahabat miku pun memberikan sepucuk surat yang di tulis tangan olah Miku, surat itu berbunyi

“Akashi, maafkan aku sebelumnya, mungkin kamu membacanya setelah aku sudah tiada, ketika aku melihatmu hidupku sangat indah, ketika aku bersama mu, berdua dengan mu, hidupku sangat berwarna, aku tak akan melupakan itu semua, aku sangat mencintaimu.
Namun, aku sangat takut, aku takut tak bisa selamanya berada di sisimu, aku takut melihat mu bersedih, aku takut tak bisa bahagiakanmu
Terimakasih Akashi , kau sudah menemani hari-hari terakhirku di dalam sisa hidupku ini, aku sangat bersyukur bertemu denganmu, di perkenalkan oleh mu, dan ada 1 hal lagi, aku sangat mencintaimu, sangat mencintaimu , Karena cinta inilah yang membuatku bahagia menjalani hari-hari terakhirku.. Terimakasih.. Hanya ini yang bisa ku ucapkan.
Dari penggemar rahasia mu
                  MIKU"

ia pun meneteskan air matanya untuk kesekian kalinya, ia sangat terpukul, yuki yang berada di hadapannya memberikan sebua kado dari Miku untuknya

“bukalah ini, aku tinggal ya” ujar Yuki lalu meninggalkan Akashi sendiri
Tak ada yang ingin Akashi katakan ia sangat sedih, ia pun membuka kado terseut yang berisi kalung yang terdapatkan inisial namanya, lalu ada sepucuk surat di kadonya tersebut bertuliskan

_Waktu yang mempertemukan kita, dan waktu pula yang akan memisahkan kita_

Selamanya Miku akan selalu menjadi cinta sejati Akashi, dan selalu menjadi cinta pertamanya, walaupun pertemuan cinta mereka sangat singkat tapi cinta yang di rasakan akan teringat hingga akhir nanti

“aku akan selalu mengingatmu Miku, Aku pasti akan merindukanmu, seperti jam ini.. menit dan detiknya itu semua waktu yang berharga untuk mengingatmu” gumam Akashi .
-the end-

Jumat, 13 Februari 2015

where my little baby
Title : where my little baby
Genre : sad, mistery
Lenght : Chapter
Rating : PG-12
Main Cast :
sara.
Sam Winchester.
Dean
.
.
.
close
very close
and finally very bad
.
.
.
Sara kembali menatap selembar foto di tangannya itu dengan mata yang berkaca-kaca. Setega itukah mereka hingga merampas putri kecil kesayangannya itu darinya? Sekejam itu kah mereka memisahkan seorang ibu dengan bayi kecilnya yang belum genap sebulan umurnya? 

Wanita itu duduk termenung di kursi santai di teras depan rumahnya, menatap kosong ke pekarangan di seberang. Cahaya mentari pagi dengan hangatnya menerpa kulitnya yang pucat, walaupun begitu, tetap saja seluruh tubuhnya terasa dingin seperti Alaska. Tidak akan ada yang dapat menggantikan kehangatan itu selain putri kecilnya, Mandy.
Kemana ia harus mencari gadis kecil kesayangannya itu? Semenjak kepergian suaminya Dean, Sara tak punya siapapun di dunia ini. Tak ada kerabat dekat yang ia kenal yang masih hidup. Setidaknya tak ada......
Ah, Sam Winchester.
Adik lelaki Dean itu menghilang begitu saja seusai upacara pemakaman mendiang suaminya. Tepat sehari sebelum Sara dibawa ke rumah bersalin untuk mengantarkan putri kecilnya ke dunia.
Mencurigakan? Ia tak pernah memikirkan hal itu sebelumnya. Bahkan, ia tak pernah memikirkan apapun selain Mandy. Hanya ada Mandy dan Mandy yang ada di pikirannya.
Sara mulai beranjak dari tempat duduknya. Ia sadar, hanya termenung saja tak akan mengembalikan gadis kecilnya itu padanya. Ia harus melakukan sesuatu, apapun itu. Semakin lama ia membiarkan putrinya lepas darinya, semakin kecil kemungkinan ia akan dapat berjumpa dengan putrinya lagi.
Ia segera membongkar lemari pakaian di dalam kamarnya, mencari-cari sebuah buku yang pernah dibawa-bawa oleh mendiang suaminya saat berburu. Dapat. Sara segera membolak-balik halamannya, matanya memindai seluruh informasi yang tertulis hingga tertuju pada suatu deretan nomer.
Sara segera mengambil telepon di kamarnya dan menekan nomer-nomer itu, terlalu tergesa untuk mengeceknya dua kali. Nada sambung itu akhirnya terangkat. Dengan bibirnya yang bergetar ia mengucapkan salamnya, "Halo."
"Halo, Sara," suara di ujung sana membalas dengan segera.




iya pun tercengang mendengar suara itu, namun akhirnya suara itu pun lenyap 

"halo... halo... jawab saya" telephone pun terputus

ia pun segera membuka buku tersebut, dan melihat buku itu secara teliti, jantung sara serasa ingin copot, matanya berkaca-kaca, ia pun bangkit dari duduknya dan menaru buku itu di meja cermin, sara pun membalikan badannya dan iya melihat kertas yang di lipat di bawah tempat tidurnya 

"apa ini? saya belum pernah melihat sebelumnya" ia pun membuka kertas itu. surat itu adalah buatan tangan dengan tulisan tinta yang terdapat bercak darah, surat itu berbunyi 

"sang mentari akan pergi, ia akan pergi ke tempat yang jauh di tempat terbitnya matahari eksotis hanya ada di sebuah pulau dengan cahaya yang merah membara, dan ingatlah orang yang berada di dekatmu adalah orang pertama yang akan menusukmu." ia pun penasaran dengan surat yang tak tau asalnya dari mana, dan tiba-tiba pintu pun berbunyi

"tok..tok..tok" bunyi ketukan pintu

"siapa? tunggu sebentar" jawab sara, lalu bergegas membukakan pintu

ia pun membukakan pintu, namun... tak ada seorang pun yang berada di depan pintu, ia melihat amplop coklat berada di bawah pintu, ia pun mengambilnya, ia pun kembali tidak bisa menahan air matanya, di amplop tersebut ada foto anaknya yang belum genap satu bulan, dan selembar surat yang berisikan:

"anakmu baik-baik saja, kamu harus menebus kematian seseorang yang berada dekat dengan ku, aku ingin kamu merasakan apa yang saya rasakan, temukan saya jika kamu bisa, atau jika kamu ingin melihat anakmu temuilah, saya tunggu 3 hari atau anak ini akan saya bunuh"

ia pun bergegas mencari telephone genggamnya, ia terus mencoba menelphone sang pelaku pencuri anaknya, lalu ia teringat kertas yang terjatuh di bawah kasurnya.

"siapa? siapa yang menculik anakku? orang terdekat? siapa dia?" semua penuh tanda tanya

setelah ia fikir-fikir, tidak mungkin suaminya, tidak mungkin ibu atau ayahnya, lalu ia mengingat kembali suara seseorang yang ada di telphone tersebut, ia menelaah kembali surat tersebut.

"saya tidak mempunyai kerabat dekat atau apapun itu. saya tidak punya kakak atau adik, adik? hanya dean yang masih memiliki adik, dean sangat dekat dengannya, apakah benar dia yang menculik anakku?" situasi pun semakin panas ia pun terus bertanya-tanya dan selalu memikirkan surat yang di berikan suaminya

***

keesokan harinya ia pun terbangun dari tidurnya, ia bergegas keluar rumah dan berniat menemui anaknya, ia pun membaca surat dari suaminya, dan terus berfikir kemana ia harus pergi 

"sang matahari? ia bersinar? mungkin yang dean maksud adalah anakku, tempat matahari terbit? 

Ia pun teringat sesuatu bahwa ia bersama suaminya ingin sekali pergi ke salah satu pulau yang ada di korea… yang di beri julukan “pulau matahari terbit”
“apakah benar ada di situ?” tidak banyak berfikir sara pun bergegas membeli tiket ke korea dan terbang ke pulau tersebut

***
Setelah tiba di pulau tersebut, ia mengunjungi sebuah rumah tua yang pernah di bangun oleh Dean dan Sam, ia pun tidak bodoh, ia bergegas menelphone polisi dan bersama-sama ke rumah tua tersebut…
Sesampainya ia di rumah tersebut, sara pun membuka pelan pintu rumah tua tersebut, polisi pun menggeledah seisi rumah dengan hati-hati, sara pun membantu dan mencari di ruang bawah tanah
“apa ini/?” Tanya sara terkejut. Ada pakaian laki-laki tergeletak di bawah meja di ruang bawah tanah.
“baju ini.. seperti” ia pun menguras habis ingatannya dan ia mengingat bahwa itu baju Sam saat terakhir bertemu dengannya
“aku yakin bayi ku ada di sini” sara pun mencari anaknya di ruang bawah tanah
***
Setelah beberapa jam, sara menemukan ruangan yang pintunya sedikit terbuka, tak banyak fikir sara pun masuk ke ruangan tersebut
Sara pun berteriak kencang
“aaaaaa!!! Astaga, apa yang dia lakukan” sara pun menangis dengan kencangnya… ia melihat Sam yang sudah setengah membusuk dan anaknya yang sudah membiru
“ya tuhan, Dean maafkan aku… maafkan aku..”sara pun menyesal, ia sangat menyesal dengan kejadian tersebut…
Akhirnya sara pun mengikhlaskan kepergian ke-3 org tersebut
Dan akan selalu mencintai mereka.
***THE END***